Minggu, 06 Maret 2016

Tentang Kebesaran Peradaban Ummat Manusia Tana Luwu di Masa Lalu




Kebudayaan Megalitik


Kebudayaan Megalitik merupakan kebudayaan yang awal kemunculannya berada antara zaman neolitik akhir dan awal perkembangan zaman logam (perundagian). Pengertian dari megalitik sendiri adalah “mega” yang berarti besar, dan “lithik atau lithos” yang berarti batu jadi kalu dirangakaikan berarti sebuah zaman yang menghasilkan kebudayaan atau bangunan yang  umumnya terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan megalitik ini sering diartikan sebagai hasil kebudayaan zaman megalitik yang sebagian besarberorientasi kepada unsur-unsur kepercayaan. Namun, ada suatu sanggahan dari seorang tokoh yang menyatakan tidak hanya batu besar saja yang melambangkan kepercayaan, batu kecilpun juga bisa. Seorang tokoh Fris A. Wagner (1959: 23-25) menyatakan bahwa “megalitik yang diartikan sebagai batu besar akan dapat menimbulkan pengertian keliru, karena objek-objek yang berasal dari batu yang lebih kecilpun dapat dimaksudkan ke dalam klasifikasi megalitik, apabila objek-objek tersebut jelas dibuat dengan tujuan sakral yaitu ada unsur pemujaan terhadap leluhur atau neneak moyang”.

Batu-batu di kebudayaan megalitik ini biasanya tidak dikerjakan secara halus, hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan. Di Indonesia sampai saat ini masih terdapat kebudayaan megalitik yang masih hidup seperti di Nias, Sumba, Flores. Kebudayaan megalitikum juga terdapat di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Di Sumatra terletak di dataran tinggi Pasemah. Kebudayaan megalitik yang ditemukan adalah sekumpulan besar arca-arca, menhir, dolmen, dll. Di Jawa terdapat di daerah Besuki. Peninggalannya berupa pandhusa yaitu dolmen yang dibawahnya berisi kubur batu. Di Wonosari, Cepu, Cirebon ditemukan kubur-kubur batu sedangkan di Bali ditemukan sarchofagus. Di dalam kubur batu dan sarkopagus tersebut ditemukan tulang-tulang manusia bersama dengan bekal kubur seperti nekara, keramik, perhiasan, manik-manik dll (Soekmono 1973: 72-75).
Tradisi pendirian bangunan megalitik selalu berdasarkan kepercayaan tentang adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Bangunan megalitik tesebar luas di Asia Tenggara. Tradisi pendirian bangunan megalitik sekarang sebagian  telah musnah dan ada yang masih berlangsung.


Zaman megalitik dibagi menjadi 2 yaitu:

1.      Megalitik Tua

Megalitik tua berlangsung pada masa Neolitik. Megalitik tua ini muncul kurang lebih tahun  2500-1500 sebelum masehi. Alat yang dihasilkan adalah beliung persegi dan mulai membuat benda-benda atau bangunan yang disusun dari batu besar seperti dolmen, undak batu, limas, tembok batudan jalan batu.

2.      Megalitik Muda

Megalitik muda berlangsung pada masa Perundagian. Megalitik muda ini bertanggalkan tahun ribuan pertama setelah masehi. Alat yang dihasilkan adalah kubur batu, dolmen, sarkofagus, dan bajana batu.


 

Kebudayaan megalitik ditandai dengan berbagai hal, diantaranya:

·         Adanya konsepsi kepercayaan tentang kehidupan sesudah mati dan pemujaan tehadap roh.
·         Banyak dihasilkan benda-benda atau peralatan berbau megalitik sebagai bekal kubur, diantaranya dolmen, sarkofagus, waruga dan lain-lain.
·         Adanya konsep tentang kekuatan sakti akan roh atau arwah nenek moyang.
·         Sudah mengenal upacara penguburan yang sakral yang bersifat kompleks dan adanya hubungan antara manusia di dunia yang masih hidup dan arwah leluhur mereka yang mempercayai bahwa ketika nanti bisa turun dan menolong serta memberikan keberkahan dalam kehidupan.
·         Adanya sikap menghoramati kepada tokoh-tokoh yang dipuja dan roh-roh agar mereka bisa meminta bantuan atau pertolongan jikalau susah atau sulit dalam menjalani kehidupan.
·         Munculnya sikap tunduk dan rasa hormat terhadap roh nenk moyang dengan mengaplikasikannya dalam pendirian objek-objek atau sarana dalam melakukan pemujaan.
·         Munculnya suatu sikap percaya bahwa kehidupan roh nenek moyang disana juga terdapat sebuah kehidupan yang juga memerlukan berbagai peralatan-peralatan bagi kehidupan mereka disana.




 Rujukan





1 komentar: