Jumat, 04 Maret 2016

Rahasia di balik istana Ke-Datuan Luwu




Ringkasan  sejarah

Tanah Luwu sudah berawal jauh sebelum masa pemerintahan Hindia Belanda bermula. Sebelumnya Luwu telah menjadi sebuah kerajaan yang wilayah kerajaan Luwu meliputi  mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara Poso, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) ke Barat Tana Toraja. Hal sejarah Luwu ini dikenal pula dengan nama Tanah Luwu yang dihubungkan dengan nama La Galigo dan Sawerigading.
Para pakar sejarah pun telah mengakui, bahwa Luwu itu bukanlah suku, melainkan bangsa.
Jadi bisa dikatakan, apapun yang terkait dengan Luwu itu bukanlah milik satu suku,,,
pertanyaannya kemudian sejauh mana peranan suku2 itu sendiri di dalam kerajaan Luwu?, apakah hal tersebut telah diatur dalam tradisi kerjaan Luwu secara turun temurun?..
berbicara tentang Luwu, akan menimbulkan ribuan pertanyaan yang seolah tak pernah tuntas. Kenapa demikian ?. disini penulis akan menceritakan sedikt tentang hal itu, melalui sudut pandang penulis sendiri dalam menanggapi problematika yang selalu ber-ulang2 ini.
    Dalam membicarakan tentang luwu apalagi sejarahnya, yang seolah tak pernah tuntas itu,  bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal sebagai dasarnya sbb. :
1.     Para penutur sejarah tidak mengtahui secara pasti kebenaran sejarah itu karena mereka sendiri tidak dapat membuktikan atau memperlihatkan referensi tentang sebuah fakta tentang Luwu yang di bicarakan.
2.     Adapun jika ada referensi atau bukti sejarah yang di pegang atau di temukan, biasanya yang pemegang atau yang menemukan dari pada bukti tersebut, enggan mennjukkanya. Entah mengapa ?? kita tak tahu.
3.     Dan masih banyak lagi, ujungnya selalu kearah yang bersifat supra natural.
Lalu bagaimana kita sebagai Orang Luwu menyikapi segala problematika tersebut ?
Apapun itu, Luwu tetaplah sebuah Bangsa yang Besar. Terbukti dengan adanya “pengakuan” oleh UNESCO tentang kitab i lagaligo sebagai naskah terpanjang di dunia, dan didaulat sebagai salah satu warisan Dunia.
Di Luwu itu banyak suku, suku2 yang mendiami jazirah Luwu yang terbentang luas dari pegunungan sampai ke lautan, masing2 memilki karakter yang berbeda2, mulai dari bnetuk corak, bahasa, kesenian tradisional sampai kepada bentunk bangunan nya.
Lalu bagaimanakah bentuk awal istana Luwu, sebelum katanya dibakar oleh belanda ?
Namun sampai saat ini, hal itu belum juga terjawab.
Mari kita kembali menelusuri jejak2 Pusat Kerjaan Luwu yang sudah berpindah beberapa kali. Dari yang awlanya di wilayah Ussu’ (sekarang telah masuk wilayah kab. Luwu Timur). Kemudian ke Malangke’ (wilayah Kab, luwu Utara). Terkhir Pusat kerjaan Luwu terletak di Palopo sampai sekarang.
namun sayangnya setelah berpindah ke-palopo-lah Istana itu kemudian di Bumi Hanguskan oleh  Belanda yang dulunya menduduki wilyah Nusantara ini. Kerajaan Luwu sebagai yang sangat dirugian dalam hal ini,  oleh Kerajaan Belanda pada masa itu dibangun kembali sebuah bangunan dengan arsitektur eropa, yang sekarang menjadi Museum Batara Guru.
Dan kemudian setelah masa kemerdekaan RI, oleh pihak pemerintah Indonesia dibangun sebuah rumah panggung disamping museum tersebut. yang disebut2 sebagai prototype Istana Luwu jaman dulu, jika diperhatikan bangunan tersebut berkarakter Arsitektur suku Bugis. Salah satu suku bangsa yang ada di Tanah Luwu.
lalu mengapa bukan bentuk bangunan Ussu’ ? sebagai tempat awal mula kerajaan ?
Atau bangunan Tongkonan misalnya ?. bukankah suku Toraja juga adalah suku yang ada di Luwu ?, sekalipun sekarang telah terpisah sebagai daerah administrasi negara. Namun kita berbicara tentang kerajaan Luwu dan wilayah yang dulunya adalah bagian dari Kedatuan Luwu.

 

Mari melihat gambar dari lembaran kitab Lagaligo.


Saya rasa sangat jauh berbeda arsitektur bangunannya dengan yang ada sekarang.
Dalam gambar yang terdapat pada lembaran ilagaligo saya berasumsi, tentu ada alasan2 atau maksud daripada leluhur kita mengenai bentuk bangunannya, sebab konon, Istana Awal Kerajaan Luwu, adalah istana yang diberikan Patotoe (sebagai penguasa Langit)  kepada anaknya, yaitu Batara Guru pada saat dia turun ke dunia tengah untuk memimpin dunia tengah, naumun oleh Pa Totoe ini dilihatnya Batara Guru belum mempunyai Istana, maka pa totoe memberi ia sebuah istana lengkap beserta isi dan bahkan pegawai istana yang akan mengurus istana tersebut.
Karena itu penulis berpendapat bahwa, bentuk bangunan yang dulunya menjadi pusat kerajaan Luwu ini, tidaklah menyerupai rumah tradisional salah satu suku yang ada di wilayah kerajaan Luwu.
Dari beberapa kerajaan yang katanya memilki History kekerabatan yang erat dengan kerajaan luwu pada masa lampau seprti kerjaan Buton di sulawesi tenggara dan kesultanan Bima di NTT.
     Jika di perhatikan bentuk arsitektur bangunan istananya justru agak lebih mirip dengan gambar yang terdapat pada lembaran kitab Lagaligo diatas. ini kemudian kembali menimbulkan tanda tanya, semakin meragukanlah status bangunan yang di bangun oleh Pemerintah, yang berdampingan dengan istana yang dibangun oleh belanda di pusat kota palopo itu.
Adapun bentuk arsitektur bangunan yang di klaim sebagai “Langkanae” (sebutan untuk istana Pajung Ri Luwu) itu, lebih menyerupai arsitektur bangunan suku Makassar, Bugis, Mandar,








Dan jika diperhatikan lagi gambar dalam  kitab i la galigo diatas :



Lihat lagi...


Bentuk bangunan2 ini adalah istana yang ada di Nusantara, dan semua mengakui bahwa asal-usulnya dari Tana Luwu, ini adalah istana2-nya, bukan rumah biasa buat mereka...
Lalu,,, bagaimana menurut sudut pandang pembaca sendiri,,,???
#ZBA








5 komentar:

  1. Bangunan yg ada disamping istana itu memang bukan model istana luwu.. tp model rumah adat suku lain.. padahal luwu bukanlah termasuk suku bugis dan makassar..

    BalasHapus
  2. Baiknya kita melihat bentuk rumah stnis asli luwu yaitu Rongkong, seko, pamona, bassesang tempe dll. Model atapnya runcing dan tinggi, harusnya luwu bisa menjadi suku tersendiri tanpa harus dibayang2i suku bugis dan makassar krn dr segi bahasa dan adat saja sdh sngat beda

    BalasHapus
  3. Rumah adat luwu ada yang tergolong mewah diberi nama "banua tolo" dan Namun kebanyakan yang dibuat orang luwu adalah rumah dari ramuan kayu bundar, tiang tiangnya ditancapkan kedalam tanah dan sambungannya diikat pakai rotan disebut "banua pangka". (rumah penduduk, kampung pattedong dahulu dan sekarang, H.M Djunaid Sappo, 14 Jumaidil Akhir 1442 H/ 27 Januari 2021 M)

    BalasHapus
  4. De na tuo batu taue

    BalasHapus