Dahulu kala, keris berfungsi sebagai senjata dalam duel
atau peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Namun
penggunaan dimasa kini, keris hanya sebagai benda aksesori dalam
berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi
yang dinilai dari segi estetikanya.
Di nusantara, penggunaan keris tersebar pada masyarakat
penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa,
Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi,
Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao).
Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Di setiap daerah, keris memiliki
kekhasan tersendiri dalam hal penampilan, fungsi, teknik garapan, serta
peristilahan. Akan tetapi tahukah Anda, ternyata ada beberapa keris di
tanah air kita Indonesia ini yang begitu melegenda? Ingin tau kisah
selengkapnya, yuk kita simak bersama-sama yang berikut ini.
1. Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring merupakan senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat
berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang.
Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan
elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Awalnya, keris
ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti bernama
Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok. Kemudian setelah selesai menjadi
keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan keris ini memiliki
kemampuan supranatural. Konon dikatakan keris ini melebihi semua pusaka
yang ada dimasa itu. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dengan
menusukannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati
janji. Singkat cerita, dalam keadaan sekarat Mpu Gandring mengeluarkan
kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh keturunan
dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam
perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yaitu Tunggul
Ametung, Ken Arok, Anusapati dan bahkan keturunan Ken Arok sendiri.
2. Keris Kyai Setan Kober
Keris Kyai Setan Kober merupakan nama keris milik Adipati Jipang, Arya
Penangsang. Keris ini dikenakan pada waktu ia perang tanding melawan
Sutawijaya. Suatu saat tombak Kyai Pleret yang dipakai Sutawijaya
mengenai lambung Arya Penangsang, hingga ususnya terburai. Arya
Penangsang dengan sigap, menyangkutkan buraian ususnya itu pada wrangka
atau sarung keris yang terselip di pinggangnya, dan terus bertempur.
Sesaat kemudian, Sutawijaya terdesak hebat dan kesempatan itu digunakan
oleh Arya Penangsang untuk segera penuntaskan perang tanding tersebut,
dengan mencabut keris dari dalam wrangka, dan tanpa sadar bahwa mata
keris Kyai Setan Kober langsung memotong ususnya yang disangkutkan di
bagian wrangkanya. Sehingga pada akhirnya iapun tewas
seketika. Sutawijaya terkesan menyaksikan betapa gagahnya Arya
Penangsang dengan usus terburai yang menyangkut pada hulu kerisnya. Ia
lalu memerintahkan agar anak laki-lakinya, kalau kelak menikah meniru
Arya Penangsang, dan menggantikan buraian usus dengan rangkaian atau
ronce bunga melati, dengan begitu maka pengantin pria akan tampak lebih
gagah, sehingga tradisi tersebut tetap digunakan hingga detik ini.
3. Keris Kyai Sengkelat
Keris Sengkelat merupakan keris pusaka luk tiga belas
yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa
pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa Mandagri. Mpu
Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan untuk membuat
keris Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta.
Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat. Ketika
ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik
Muhammad saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat
menjadi sebilah pedang. Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji
ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga
belas dan diberi nama keris Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya
kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan
apa yang dikehendakinya. Maka oleh Sunan Ampel disarankan supaya keris
Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.
Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi
sangat kagum akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris
tersebut menjadi salah satu maskot kerajaan dan diberi gelar Kangjeng
Kyai Ageng Puworo, yang mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka
keraton. Pusaka baru itu menjadi sangat terkenal sehingga menarik
perhatian Adipati Blambangan. Adipati ini memerintahkan orang
kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi kejayaan Blambangan,
dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada kerajaan Majapahit
diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka tersebut ke
Majapahit. Oleh karena taktik yang jitu dari Mpu Sumpa, sehingga keris
itu ia dapatkan kembali dan tanpa menyebabkan peperangan. Sehingga
pada akhirnya Ki Nambang dianugerahi seorang putri kadipaten yang
bernama Dewi Lara Upas, adik dari Adipati Blambangan itu sendiri. Sang
Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu mencari cara agar dapat
kembali ke Majapahit. Tatkala kesempatan itu tiba, maka beliau pun
segera kembali ke Majapahit dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil.
Namun sebelum pergi, beliau meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa
kelak jika anak mereka lahir laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta
meninggalkan bahan berupa besi untuk membuat keris.
4. Keris Kyai Carubuk
4. Keris Kyai Carubuk
Dalam satu legenda dikisahkan Sunan Kalijaga meminta tolong untuk
dibuatkan keris coten-sembelih (pegangan lebai untuk menyembelih
kambing). Lalu oleh beliau diberikan calon besi yang ukurannya sebesar
biji asam jawa. Mengetahui besarnya calon besi tersebut, Empu Supa
sedikit terkejut. Ia berkata besi ini bobotnya berat sekali, tak
seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin apakah cukup untuk dibuat
keris. Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak hanya sebesar
biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung. Karena ampuh perkataan
Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma sebesar gunung.Hati
empu Supa menjadi gugup, karena mengetahui bahwa Sunan Kalijaga memang
benar-benar wali yang dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, yang bebas
mencipta apapun. Oleh karena itu, empu Supa berlutut dan takut. Singkat
cerita, besipun kemudian dikerjakan. Tidak lama, jadilah keris yang
kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga.
Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika itu juga Sunan
Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara
karena kagum dan tersentuh perasaannya, karena hasil kejadian keris itu
berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk
dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa asli
Majapahit, luk tujuh belas. Sebenarnya, begitu mengetahui keindahan
keris, perasaan Sunan Kalijaga agak tersentuh. Oleh karena itu ia
mengamatinya hingga puas dan tidak bosan-bosannya. Kemudian ia berkata
sambil tertawa dan memuji keindahan keris itu. Lalu Empu Supa diberi
lagi besi yang ukurannya sebesar kemiri. Setelah dikerjakan, jadilah
sebilah keris mirip pedang suduk (seperti golok atau belati). Begitu
mengetahui wujud keris yang dihasilkan sunan Kalijaga sangat senang
hatinya. keris itu disebut Kyai Carubuk. keris kyai carubuk ini akhirnya
menjadi pusaka sultan hadiwijaya, bahkan sanggup mengalahkan keris
setan kober milik arya penangsang ketika pesuruh arya penangsang
melakukan percobaan pembunuhan pada sultan hadiwijaya dengan memakai
keris setan kober.
5. Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten
5. Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten
Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten merupakan dua benda pusaka
peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur keris
luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan
sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan
menyatakan jumlah luk-nya.Bagian gandik keris ini diukir dengan bentuk
kepala naga, sedangkan badannya digambarkan dengan sisik yang halus
mengikuti luk pada tengah bilah sampai ke ujung keris. Salah satu
pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik, adalah karya empu Ki Nom,
merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman
kerajaan Majapahit sampai pada zaman pemerintahan Sri Sultan Agung
Anyokrokusumo di Mataram. Dapur Sabuk Inten, seperti juga dapur
Nagasasra mempunyai luk tiga belas dengan ciri-ciri yang berbeda yaitu
mempunyai sogokan, kembang kacang, lambe gajah dan greneng.
6. Keris Taming Sari
Konon, sebagaimana yang dikisahkan bahwa pemilik asal keris ini adalah
seorang pendekar atau hulu balang kerajaan Majapahit yang bernama Taming
Sari. Keris ini kemudianya bertukar tangan kepada hulubalang Melaka
yang telah berjaya membunuh Taming Sari bernama Hang Tuah. Perpindahan
kepemilikan ini terjadi dalam suatu duel keris yang sangat luar biasa
antara Taming Sari dan Hang Tuah, yang akhirnya dimenangkan oleh Hang
Tuah.
7. Keris Condong Campur
Condong Campur merupakan salah satu keris pusaka milik Kerajaan
Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor. Awalnya, keris
ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur. Konon keris pusaka
ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Selain itu, bahan
kerisnya diambil dari berbagai tempat yang pada akhirnya keris ini
menjadi keris pusaka sangat ampuh namun memiliki watak yang jahat.
Prediksi Togel HK Mbah Bonar 2 September 2019 Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu Disini Gabung sekarang dan Menangkan Ratusan Juta Rupiah !!!
BalasHapuskeris kerisnya antik yah
BalasHapustinju dunia